Jumat, 23 Januari 2009
Rabu, 21 Januari 2009
Metode Dakwah
METODE DAKWAH BIL JADALAH / DEBAT
ETIKA DEBAT
1. Niat
Hendaknya seorang dai menahan diri untuk tidak berdiskusi, jika ia tidak yakin bahwa motivasinya karena Allah Swt semata. Hendaklah ia tidak mempunyai maksud untuk menunjukkan kepandaian dan keluasan wawasannya dalam setiap perbincangan; atau mengangkat dirinya atas orang lain dengan meremehkan lawan bicara; atau membanggakan diri untuk mendapatkan sanjungan. Semua itu dapat menghapus pahala amalnya di sisi Allah Swt dan merusak citranya di mata masyarakat.
Diriwayatkan bahwa ada seorang anak yang bertanya kepada bapaknya, “Ayah, ananda melihat ayah melarang kami berdebat, padahal dahulu ayah pendebat ulung.” Sang bapak menjawab, “Wahai anakku, dahulu kami berdebat dengan perasaan was-was yang amat sangat kalau-kalau kami mengalahkan lawan bicara. Sedangkan kini, kalian berdebat dengan rasa cemas jangan-jangan tergelincir lantas dikalahkan oleh lawan bicara. “
2. Situasi yang Kondusif
Seorang pelaku diskusi hendaklah melihat situasi sebelum berdiskusi; apakah cocok untuk melakukan diskusi atau tidak. Situasi yang melingkupi kita menyangkut tiga macam, yaitu tempat, waktu, dan manusianya. Ungkapan klasik menyatakan, “Tidak setiap yang diketahui itu harus diucapkan. Setiap posisi sosial memiliki kata-katanya sendiri.”
3. Ilmu
Janganlah memperbincangkan suatu tema yang engkau sendiri tidak mengerti dengan baik dan janganlah engkau membela suatu pemikiran manakala kamu tidak yakin dengan pemikiran tersebut. Bashirah (pengetahuan yang dalam) yang diisyaratkan dalam Al Quran berfungsi sebagai perlindungan bagi dai untuk tidak berbicara tanpa ilmu dan menahan dirinya dari usaha membantah argumentasi orang lain tanpa ia sendiri mempelajari tema pembicaraan.
Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kamu mencari ilmu untuk berbangga jadi ulama, merendahkan orang-orang bodoh, dan agar orang lain berpaling kepadamu. Barangsiapa melakukan untuk itu, ia di neraka” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
4. Manusia itu Beragam
Kemampuan otak manusia, tingkat pemahaman, dan keluasan wawasannya, sangat berbeda-beda. Argumentasi yang bisa dipahami oleh Zaid, belum tentu dapat dipahami oleh Amar. Pembicara yang baik adalah pembicara yang memahami dengan siapa ia berbicara, lalu ia dapat menentukan metode yang dianggap sesuai untuknya.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkatan lawan bicara adalah dengan melontarkan pertanyaan netral kepadanya yang mengesankan adanya kesamaan pemikiran antara Anda, pembicara, dengannya. Dengan begitu, Anda dapat mengukur kedalaman pengetahuannya tanpa menyinggung perasaannya.
5. Jangan Mendominasi Pembicaraan
Pelaku diskusi atau pembicara secaara umum, tidak boleh mendominasi pembicaraan; yakni tidak memberikan kepada pihak lain peluang berbicara. Tetapi cegahlah ia berbicara yang bertele-tele, sehingga keluar dari konteksnya. Mendominasi pembicaraan sama halnya dengan serakah dalam urusan makan. Semua itu merupakan sikap tercela.
6. Mendengarkan dengan Baik
Pembicara yang baik adalah pendengar yang baik, karenanya jadilah pendengar yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain. Sebaliknya, perhatikan ia sebagaimana engkau sendiri juga senang jika orang lain memperhatikanmu. Ketahuilah bahwa kebanyakan orang –sebenarnya- lebih menghormati pendengar yang baik daripada pembicara yang baik.
Kadang-kadang ada situasi tatkala engkau mendengarkan suatu pembicaraan, engkau melihat ada beberapa hal yang harus dievaluasi, dikomentari, diluruskan, atau diperjelas dari pembicaraan itu. Tentu saja sangat bermanfaat jika di tanganmu tersedia alat tulis dan kertas untuk membuat catatan. Jika giliranmu untuk berbicara tiba, engkau dapat menyampaikan catatanmu itu tanpa ada yang terlewatkaan. Sikap seperti ini jauh lebih utama daripada jika engkau memutuskan benang pikiran orang lain yang tengah diurai, yang akhirnya hanya merugikan dirimu sendiri.
7. Perhatikan Diri Sendiri
Ketika engkau tengah berbicara, perhatikanlah dirimu sendiri; apakah engkau berbicara terlalu keras? Ingatlah nasihat Lukman kepada puteranya, “Dan sederhanakanlah engkau dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”.
Perhatikanlah dirimu: apakah engkau merasa lebih berilmu? Apakah ‘perasaan lebih’ itu tampak pada raut muka, tutur kata, atau gerakan tanganmu? Jika engkau merasakannya, ubahlah segera caramu itu. Jika merasa ada yang salah, segeralah minta maaf. Janganlah engkau mengikuti emosimu, sehingga engkau mengubah diri dari seorang kawan diskusi menjadi seorang penceramah. Karena bisa saja dari mulut seseorang keluar kata-kata kasar, ungkapan pedas, kalimat yang mengesankan dirinya seorang guru, pemberi petuah, sok merasa besar, dan semisalnya yang dapat melahirkan dampak negatif bagi diskusi yang dilakukannya.
8. Kejelasan
Tegasnya ungkapan, fasihnya lisan, dan bagusnya penjelasan adalah sebagian dari pilar-pilar penopang diskusi dan dialog yang produktif.
Rasulullah Saw bersabda, ”Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh mejelisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang berlebihan dalam berbicara, yang suka mengungguli orang lain dengan perkataannya, dan yang menunjuk-nunjukkan mulut besarnya dengan omongan untuk menampakkan kelebihan di hadapan orang lain.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Suatu isyarat yang tepat bisa lebih berguna dari uraian dan penjelasan panjang lebar. Tindakan ini sekaligus berguna untuk mengoreksi kesalahan yang diperbuat orang lain tanpa membuat mereka tersinggung. Itulah yang pernah dilakukan oleh dua cucu Rasulullah Saw, Hasan dan Husain, ketika melihat seseorang yang kurang benar dalam berwudhu. Sementara rasa malu kepada orang itu menghalangi mereka untuk mengingatkannya secara terus terang. Keduannya (Hasan dan Husein) pun bermusyawarah, lalu bersepakat mendatanginya dan meminta kepadanya untuk menilai mereka berdua, mana yang lebih benar wudhunya. Orang itu lalu melihat secara cermat dan menilai wudhunya Hasan dan Husein. Setelah itu, sadarlah dia bahwa selama ini ia tidak bisa berwudhu dengan baik seperti wudhunya Hasan dan Husein. Inilah yang dimaksud dengan bayan (kejelasan).
9. Penggunaan Ilustrasi
Pelaku diskusi yang cerdik adalah mereka yang pandai membuat ilustrasi guna melengkapi dan memperjelas setiap uraian pembicaraannya. Imam Ghazali pernah membuat ilustrasi untuk orang yang mencegah kemungkaran dengan kekerasan. Mereka seperti orang yang ingin menghilangkan bercak darah dengan air kencing. Cara mencegah kemungkaran seperti itu adalah bentuk kemungkaran yang lain, bahkan bobot kemungkarannya lebih besar daripada kemungkaran yang diberantas. Kedua-duanya sama-sama najis, tetapi najisnya air kencing lebih berat.
10. Memperhatikan Titik-Titik Persamaan
Ketika seorang dai berbicara, hendaklah ia memulai pembicaraan dengan mengungkap titik-titik persamaan yang ada. Hal-hal yang asiomatik
Dale Carnagie mengatakan, “Buatlah lawan bicaramu sepakat atas contoh-contoh yang engkau lontarkan kepadanya dan biarkan ia menjawab dengan kata ‘ya’. Jauhkanlah –sebisa mungkin- antara dia dengan kata ‘tidak’. Karena kata ‘tidak’ merupakan rintangan yang sulit diatasi daan sulit dikalahkan. Seseorang yang telah berkata ‘tidak’, kesombongan akan memaksanya untuk senantiasa membela diri. Kata ‘tidak’ itu sebenarnya lebih dari sekedar kata yang terdiri dari beberapa huruf. Ketika seseorang berkata ‘tidak’, maka urat saraf dan emosinya terangsang untuk mendukung sikap penolakannya. Berbeda dengan kaata ‘ya’, yang sama sekali tidak membebani gerak jasmani.”
Dikisahkan, bahwa Socrates, seorang ahli hikmah dan filosof Yunani yang terkenal, juga mengikuti cara ini. Ia memulai diskusinya dengan orang lain dari titik-titik persamaan di antara mereka berdua. Ia bertanya kepada lawan bicaranya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, kecuali kata ‘ya’. Demikianlah Socraates terus mendapatkan jawaban ‘ya’ secara beruntun, sehingga lawan bicara menyadari bahwa dirinya telah menyetujui suatu ide yang beberapa saat sebelumnya ditolaknya mentah-mentah.
11. Saya Tidak Tahu
Apabila lawan diskusimu mengemukakan sesuatu pembicaraan yang engkau tidak memahaminya, janganlah engkau malu untuk bertanya dan meminta penjelasan. Karena apabila engkau diam, engkau akan rugi, akan dikatakan sebagai orang bodoh atau orang yang berusaha menutupi kebodohannya. Ketahuilah bahwa banyak pemimpin besar umat yang tidak malu mengatakan, “Saya tidak tahu!” Ia menjauh dari berfatwa tanpa pengetahuan yang cukup tentang masalah yang difatwakan.
12. Tidak Fanatik dan Mengakui Kesalahan
Sikap fanatik dalah sikap tetap tidak menerima kebenaran setelah adanya kejelasan dalil. Seorang muslim adalah pencari kebenaran. Ia tidak fanatik kepada individu, kelompok, atau paham tertentu. Berpijaklah di atas kebenaran di manapun kebenaran itu berada.
Mengakui kesalahan –setelah tidak mengakuinya di awal pembicaraan- dapat menarik simpati dan penghargaan dari lawan bicara. Berbeda halnya jika ia bergeming dengan kesalahannya, hal ini bisa menghilangkan rasa hormat dari orang lain, juga dari dirinya sendiri.
13. Jujur dan Kembali ke Sumber Rujukan
Hormatilah kebenaran. Jadilah orang yang jujur ketika menyampaikannya. Janganlah engkau memotong ungkapan, sehingga mengubah konteksnya atau mencabut daari relevansinya dengan memberikan penafsiran sesuai dengan keinginanmu. Di antara cara menghormati kebenaran adalah engkau tidak berargumentasi dengan mengutip pendapat orang yang tidak bisa dipercaya ilmu dan kejujurannya.
14. Menghormati Pihak Lain
Umar bin Khattab r.a berkata, Jangan sekali-kali engkau berprasangka terhaadap kata-kata saudaramu seiman selain dengan kebaikan, selama engkau dapati pada kata-kata itu peluang kepada kebaikan.
Diantara wasiat Rasululah Saw adalah, Seorang muslim adalam saudara bagi muslim (yang lain). Karenanya ia tidak menzhalimi, tidak meninggalkan, tidak merendahkan, dan tidak menghinakan. Cukuplah seseorang disebut buruk lantaran merendahkan saudara muslim yang lain.
15. Pemikiran dan Pemiliknya
Dalam suatu diskusi, sebaiknya yang dibahas, dianalisis, dikritik, dan disanggah adalah pemikirannya, bukan pemilik pemikiran itu. Hal itu untuk menghindari berubahnya forum diskusi menjadi forum percekcokan yang disertai dengan caci maki atau berubah dari forum diskusi pemikiran menjadi forum perseteruan fisik oleh individu-individu yang ada.
16. Yang Lebih Baik
“Berdebat dengan cara yang baik” itu artinya engkau tidak bersikap apriori terhadap pendapat lawan bicaramu dan menunjukkan penghargaan kepadanya, meskipun pendapat itu barangkali bertentangan dengan pikiranmu.
17. Menyerang dan Mematahkan
Metode menyerang dalam berdiskusi, meskipun dengan argumentasi yang kuat dan dalil yang nyata, dapat menimbulkan kebencian bagi orang lain. Hal itu karena mendapatkan simpati hati, sebenarnya lebih penting daripada mendapatkan perubahan sikap tetapi tidak berangkat dari hati yang tulus. Adapun jika engkau bersikap lemah lembut, ia akan merasa puas dengan pendapatmu, cepat atau lambat.
18. Perbedaan Pendapat dan Kasih Sayang
Perbedaan pendapat, sampai pun antarkawan dan sahabat, sering sampai menghapuskan rasa cinta dan kasih sayang. Waspadalah untuk tidak jatuh ke dalamnya. Perdebatan atau perbincangan, atau diskusi pada umumnya berpengaruh terhadap perasaan dan hati. Ingatlah hal ini tatkala engkau tengah berbicara dengan seseorang. Janganlah engkau tunjukkan sikap permusuhan kepada seseorang.
19. Jangan Marah
Jika lawan bicaramu tidak setuju dengan pendapatmu, jangan terburu marah. Janganlah engkau coba memaksakan semua orang untuk mengiyakan apa yang engkau anggap benar.
20. Ketika Logika Tak Lagi Berarti
Kadang-kadang, ketika engkau memulai diskusi, rasa permusuhan telah menguasai salah satu dari kedua belah pihak. Dalam keadaan demikian, apabila pihak yang menghadapinya dengan sikap yang baik, niscaya permusuhan itu akan berubah menjadi persahabatan dan kebencian berubah menjadi kasih sayang. Nasihat ini berguna bagi para orang tua yang suka mencela, para suami yang cerewet, para guru yang berhati batu, dan para pemimpin yang tengah marah.
21. Jangan Menggunakan Kata Ganti Orang Pertama
Sebaiknya seorang dai tidak menggunakan kata ganti orang pertama dalam berbicara, seperti “Saya telah berbuat demikian”, atau “Saya senang menjelaskan masalah ini” atau ‘Pendapatku dalam masalah ini adalah demikian.” Sebaiknya pula ia menjauhi penggunaan kata ganti orang pertama jamak. Misalnya, “Pengalaman kami membuktikan yang demikian. Apabila kami mempelajari masalah yang diperselisihkan, tampak bagi kami hal-hal berikut ini.”
Mengapa semua itu harus dihindari? Karena apabila hal itu digunakan ketika berbicara, dikhawatirkan dapat menyeret pembicara –baik disadari maupun tidak- kepada sikap memuji diri sendiri dan menonjol-nonjolkan pengalaman dan keluasan wawasannya. Ini berarti kejatuhan di awal langkah yang dapat merusak niat
Sebagai gantinya, berbicaralah dengan menggunakan pola ungkapan yang tidak langsung menisbatkan pengetahuan kepada pembicara dan yang menimbulkan kesan objektif, seperti, “Agaknya para peneliti telah membuktikan adanya...” atau “Pengalaman para pakar di lapangan dakwah menunjukkan akan kebenaran orang yang mengatakan...,” atau “Seorang dai yang telah malang melintang di dunia dakwah memberi komentar terhadap masalah yang kita hadapi dan patut kita mengambil pelajaran darinya.”
22. Jangan Keraskan Suaramu
Orang yang tengah berdialog sebaiknya tidak mengeraskan suaranya lebih dari yang dibutuhkan oleh pendengar, karena suaraa yang keras itu jelek dan menyakitkan. Pelaku dialog bukanlah seorang orator yang terkadang –pada saat-saat tertentu- dituntut harus mengeraskan suaranya. Perlu diingatkan pula, bahwa kerasnya suara sama sekali tidak dapat menguatkan suatu argumentasi.
ETIKA DEBAT
1. Niat
Hendaknya seorang dai menahan diri untuk tidak berdiskusi, jika ia tidak yakin bahwa motivasinya karena Allah Swt semata. Hendaklah ia tidak mempunyai maksud untuk menunjukkan kepandaian dan keluasan wawasannya dalam setiap perbincangan; atau mengangkat dirinya atas orang lain dengan meremehkan lawan bicara; atau membanggakan diri untuk mendapatkan sanjungan. Semua itu dapat menghapus pahala amalnya di sisi Allah Swt dan merusak citranya di mata masyarakat.
Diriwayatkan bahwa ada seorang anak yang bertanya kepada bapaknya, “Ayah, ananda melihat ayah melarang kami berdebat, padahal dahulu ayah pendebat ulung.” Sang bapak menjawab, “Wahai anakku, dahulu kami berdebat dengan perasaan was-was yang amat sangat kalau-kalau kami mengalahkan lawan bicara. Sedangkan kini, kalian berdebat dengan rasa cemas jangan-jangan tergelincir lantas dikalahkan oleh lawan bicara. “
2. Situasi yang Kondusif
Seorang pelaku diskusi hendaklah melihat situasi sebelum berdiskusi; apakah cocok untuk melakukan diskusi atau tidak. Situasi yang melingkupi kita menyangkut tiga macam, yaitu tempat, waktu, dan manusianya. Ungkapan klasik menyatakan, “Tidak setiap yang diketahui itu harus diucapkan. Setiap posisi sosial memiliki kata-katanya sendiri.”
3. Ilmu
Janganlah memperbincangkan suatu tema yang engkau sendiri tidak mengerti dengan baik dan janganlah engkau membela suatu pemikiran manakala kamu tidak yakin dengan pemikiran tersebut. Bashirah (pengetahuan yang dalam) yang diisyaratkan dalam Al Quran berfungsi sebagai perlindungan bagi dai untuk tidak berbicara tanpa ilmu dan menahan dirinya dari usaha membantah argumentasi orang lain tanpa ia sendiri mempelajari tema pembicaraan.
Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kamu mencari ilmu untuk berbangga jadi ulama, merendahkan orang-orang bodoh, dan agar orang lain berpaling kepadamu. Barangsiapa melakukan untuk itu, ia di neraka” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
4. Manusia itu Beragam
Kemampuan otak manusia, tingkat pemahaman, dan keluasan wawasannya, sangat berbeda-beda. Argumentasi yang bisa dipahami oleh Zaid, belum tentu dapat dipahami oleh Amar. Pembicara yang baik adalah pembicara yang memahami dengan siapa ia berbicara, lalu ia dapat menentukan metode yang dianggap sesuai untuknya.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkatan lawan bicara adalah dengan melontarkan pertanyaan netral kepadanya yang mengesankan adanya kesamaan pemikiran antara Anda, pembicara, dengannya. Dengan begitu, Anda dapat mengukur kedalaman pengetahuannya tanpa menyinggung perasaannya.
5. Jangan Mendominasi Pembicaraan
Pelaku diskusi atau pembicara secaara umum, tidak boleh mendominasi pembicaraan; yakni tidak memberikan kepada pihak lain peluang berbicara. Tetapi cegahlah ia berbicara yang bertele-tele, sehingga keluar dari konteksnya. Mendominasi pembicaraan sama halnya dengan serakah dalam urusan makan. Semua itu merupakan sikap tercela.
6. Mendengarkan dengan Baik
Pembicara yang baik adalah pendengar yang baik, karenanya jadilah pendengar yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain. Sebaliknya, perhatikan ia sebagaimana engkau sendiri juga senang jika orang lain memperhatikanmu. Ketahuilah bahwa kebanyakan orang –sebenarnya- lebih menghormati pendengar yang baik daripada pembicara yang baik.
Kadang-kadang ada situasi tatkala engkau mendengarkan suatu pembicaraan, engkau melihat ada beberapa hal yang harus dievaluasi, dikomentari, diluruskan, atau diperjelas dari pembicaraan itu. Tentu saja sangat bermanfaat jika di tanganmu tersedia alat tulis dan kertas untuk membuat catatan. Jika giliranmu untuk berbicara tiba, engkau dapat menyampaikan catatanmu itu tanpa ada yang terlewatkaan. Sikap seperti ini jauh lebih utama daripada jika engkau memutuskan benang pikiran orang lain yang tengah diurai, yang akhirnya hanya merugikan dirimu sendiri.
7. Perhatikan Diri Sendiri
Ketika engkau tengah berbicara, perhatikanlah dirimu sendiri; apakah engkau berbicara terlalu keras? Ingatlah nasihat Lukman kepada puteranya, “Dan sederhanakanlah engkau dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”.
Perhatikanlah dirimu: apakah engkau merasa lebih berilmu? Apakah ‘perasaan lebih’ itu tampak pada raut muka, tutur kata, atau gerakan tanganmu? Jika engkau merasakannya, ubahlah segera caramu itu. Jika merasa ada yang salah, segeralah minta maaf. Janganlah engkau mengikuti emosimu, sehingga engkau mengubah diri dari seorang kawan diskusi menjadi seorang penceramah. Karena bisa saja dari mulut seseorang keluar kata-kata kasar, ungkapan pedas, kalimat yang mengesankan dirinya seorang guru, pemberi petuah, sok merasa besar, dan semisalnya yang dapat melahirkan dampak negatif bagi diskusi yang dilakukannya.
8. Kejelasan
Tegasnya ungkapan, fasihnya lisan, dan bagusnya penjelasan adalah sebagian dari pilar-pilar penopang diskusi dan dialog yang produktif.
Rasulullah Saw bersabda, ”Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh mejelisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang berlebihan dalam berbicara, yang suka mengungguli orang lain dengan perkataannya, dan yang menunjuk-nunjukkan mulut besarnya dengan omongan untuk menampakkan kelebihan di hadapan orang lain.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Suatu isyarat yang tepat bisa lebih berguna dari uraian dan penjelasan panjang lebar. Tindakan ini sekaligus berguna untuk mengoreksi kesalahan yang diperbuat orang lain tanpa membuat mereka tersinggung. Itulah yang pernah dilakukan oleh dua cucu Rasulullah Saw, Hasan dan Husain, ketika melihat seseorang yang kurang benar dalam berwudhu. Sementara rasa malu kepada orang itu menghalangi mereka untuk mengingatkannya secara terus terang. Keduannya (Hasan dan Husein) pun bermusyawarah, lalu bersepakat mendatanginya dan meminta kepadanya untuk menilai mereka berdua, mana yang lebih benar wudhunya. Orang itu lalu melihat secara cermat dan menilai wudhunya Hasan dan Husein. Setelah itu, sadarlah dia bahwa selama ini ia tidak bisa berwudhu dengan baik seperti wudhunya Hasan dan Husein. Inilah yang dimaksud dengan bayan (kejelasan).
9. Penggunaan Ilustrasi
Pelaku diskusi yang cerdik adalah mereka yang pandai membuat ilustrasi guna melengkapi dan memperjelas setiap uraian pembicaraannya. Imam Ghazali pernah membuat ilustrasi untuk orang yang mencegah kemungkaran dengan kekerasan. Mereka seperti orang yang ingin menghilangkan bercak darah dengan air kencing. Cara mencegah kemungkaran seperti itu adalah bentuk kemungkaran yang lain, bahkan bobot kemungkarannya lebih besar daripada kemungkaran yang diberantas. Kedua-duanya sama-sama najis, tetapi najisnya air kencing lebih berat.
10. Memperhatikan Titik-Titik Persamaan
Ketika seorang dai berbicara, hendaklah ia memulai pembicaraan dengan mengungkap titik-titik persamaan yang ada. Hal-hal yang asiomatik
Dale Carnagie mengatakan, “Buatlah lawan bicaramu sepakat atas contoh-contoh yang engkau lontarkan kepadanya dan biarkan ia menjawab dengan kata ‘ya’. Jauhkanlah –sebisa mungkin- antara dia dengan kata ‘tidak’. Karena kata ‘tidak’ merupakan rintangan yang sulit diatasi daan sulit dikalahkan. Seseorang yang telah berkata ‘tidak’, kesombongan akan memaksanya untuk senantiasa membela diri. Kata ‘tidak’ itu sebenarnya lebih dari sekedar kata yang terdiri dari beberapa huruf. Ketika seseorang berkata ‘tidak’, maka urat saraf dan emosinya terangsang untuk mendukung sikap penolakannya. Berbeda dengan kaata ‘ya’, yang sama sekali tidak membebani gerak jasmani.”
Dikisahkan, bahwa Socrates, seorang ahli hikmah dan filosof Yunani yang terkenal, juga mengikuti cara ini. Ia memulai diskusinya dengan orang lain dari titik-titik persamaan di antara mereka berdua. Ia bertanya kepada lawan bicaranya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, kecuali kata ‘ya’. Demikianlah Socraates terus mendapatkan jawaban ‘ya’ secara beruntun, sehingga lawan bicara menyadari bahwa dirinya telah menyetujui suatu ide yang beberapa saat sebelumnya ditolaknya mentah-mentah.
11. Saya Tidak Tahu
Apabila lawan diskusimu mengemukakan sesuatu pembicaraan yang engkau tidak memahaminya, janganlah engkau malu untuk bertanya dan meminta penjelasan. Karena apabila engkau diam, engkau akan rugi, akan dikatakan sebagai orang bodoh atau orang yang berusaha menutupi kebodohannya. Ketahuilah bahwa banyak pemimpin besar umat yang tidak malu mengatakan, “Saya tidak tahu!” Ia menjauh dari berfatwa tanpa pengetahuan yang cukup tentang masalah yang difatwakan.
12. Tidak Fanatik dan Mengakui Kesalahan
Sikap fanatik dalah sikap tetap tidak menerima kebenaran setelah adanya kejelasan dalil. Seorang muslim adalah pencari kebenaran. Ia tidak fanatik kepada individu, kelompok, atau paham tertentu. Berpijaklah di atas kebenaran di manapun kebenaran itu berada.
Mengakui kesalahan –setelah tidak mengakuinya di awal pembicaraan- dapat menarik simpati dan penghargaan dari lawan bicara. Berbeda halnya jika ia bergeming dengan kesalahannya, hal ini bisa menghilangkan rasa hormat dari orang lain, juga dari dirinya sendiri.
13. Jujur dan Kembali ke Sumber Rujukan
Hormatilah kebenaran. Jadilah orang yang jujur ketika menyampaikannya. Janganlah engkau memotong ungkapan, sehingga mengubah konteksnya atau mencabut daari relevansinya dengan memberikan penafsiran sesuai dengan keinginanmu. Di antara cara menghormati kebenaran adalah engkau tidak berargumentasi dengan mengutip pendapat orang yang tidak bisa dipercaya ilmu dan kejujurannya.
14. Menghormati Pihak Lain
Umar bin Khattab r.a berkata, Jangan sekali-kali engkau berprasangka terhaadap kata-kata saudaramu seiman selain dengan kebaikan, selama engkau dapati pada kata-kata itu peluang kepada kebaikan.
Diantara wasiat Rasululah Saw adalah, Seorang muslim adalam saudara bagi muslim (yang lain). Karenanya ia tidak menzhalimi, tidak meninggalkan, tidak merendahkan, dan tidak menghinakan. Cukuplah seseorang disebut buruk lantaran merendahkan saudara muslim yang lain.
15. Pemikiran dan Pemiliknya
Dalam suatu diskusi, sebaiknya yang dibahas, dianalisis, dikritik, dan disanggah adalah pemikirannya, bukan pemilik pemikiran itu. Hal itu untuk menghindari berubahnya forum diskusi menjadi forum percekcokan yang disertai dengan caci maki atau berubah dari forum diskusi pemikiran menjadi forum perseteruan fisik oleh individu-individu yang ada.
16. Yang Lebih Baik
“Berdebat dengan cara yang baik” itu artinya engkau tidak bersikap apriori terhadap pendapat lawan bicaramu dan menunjukkan penghargaan kepadanya, meskipun pendapat itu barangkali bertentangan dengan pikiranmu.
17. Menyerang dan Mematahkan
Metode menyerang dalam berdiskusi, meskipun dengan argumentasi yang kuat dan dalil yang nyata, dapat menimbulkan kebencian bagi orang lain. Hal itu karena mendapatkan simpati hati, sebenarnya lebih penting daripada mendapatkan perubahan sikap tetapi tidak berangkat dari hati yang tulus. Adapun jika engkau bersikap lemah lembut, ia akan merasa puas dengan pendapatmu, cepat atau lambat.
18. Perbedaan Pendapat dan Kasih Sayang
Perbedaan pendapat, sampai pun antarkawan dan sahabat, sering sampai menghapuskan rasa cinta dan kasih sayang. Waspadalah untuk tidak jatuh ke dalamnya. Perdebatan atau perbincangan, atau diskusi pada umumnya berpengaruh terhadap perasaan dan hati. Ingatlah hal ini tatkala engkau tengah berbicara dengan seseorang. Janganlah engkau tunjukkan sikap permusuhan kepada seseorang.
19. Jangan Marah
Jika lawan bicaramu tidak setuju dengan pendapatmu, jangan terburu marah. Janganlah engkau coba memaksakan semua orang untuk mengiyakan apa yang engkau anggap benar.
20. Ketika Logika Tak Lagi Berarti
Kadang-kadang, ketika engkau memulai diskusi, rasa permusuhan telah menguasai salah satu dari kedua belah pihak. Dalam keadaan demikian, apabila pihak yang menghadapinya dengan sikap yang baik, niscaya permusuhan itu akan berubah menjadi persahabatan dan kebencian berubah menjadi kasih sayang. Nasihat ini berguna bagi para orang tua yang suka mencela, para suami yang cerewet, para guru yang berhati batu, dan para pemimpin yang tengah marah.
21. Jangan Menggunakan Kata Ganti Orang Pertama
Sebaiknya seorang dai tidak menggunakan kata ganti orang pertama dalam berbicara, seperti “Saya telah berbuat demikian”, atau “Saya senang menjelaskan masalah ini” atau ‘Pendapatku dalam masalah ini adalah demikian.” Sebaiknya pula ia menjauhi penggunaan kata ganti orang pertama jamak. Misalnya, “Pengalaman kami membuktikan yang demikian. Apabila kami mempelajari masalah yang diperselisihkan, tampak bagi kami hal-hal berikut ini.”
Mengapa semua itu harus dihindari? Karena apabila hal itu digunakan ketika berbicara, dikhawatirkan dapat menyeret pembicara –baik disadari maupun tidak- kepada sikap memuji diri sendiri dan menonjol-nonjolkan pengalaman dan keluasan wawasannya. Ini berarti kejatuhan di awal langkah yang dapat merusak niat
Sebagai gantinya, berbicaralah dengan menggunakan pola ungkapan yang tidak langsung menisbatkan pengetahuan kepada pembicara dan yang menimbulkan kesan objektif, seperti, “Agaknya para peneliti telah membuktikan adanya...” atau “Pengalaman para pakar di lapangan dakwah menunjukkan akan kebenaran orang yang mengatakan...,” atau “Seorang dai yang telah malang melintang di dunia dakwah memberi komentar terhadap masalah yang kita hadapi dan patut kita mengambil pelajaran darinya.”
22. Jangan Keraskan Suaramu
Orang yang tengah berdialog sebaiknya tidak mengeraskan suaranya lebih dari yang dibutuhkan oleh pendengar, karena suaraa yang keras itu jelek dan menyakitkan. Pelaku dialog bukanlah seorang orator yang terkadang –pada saat-saat tertentu- dituntut harus mengeraskan suaranya. Perlu diingatkan pula, bahwa kerasnya suara sama sekali tidak dapat menguatkan suatu argumentasi.
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Skolah : SMAN 3 Kota Cirebon
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/ 1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup
KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya bagi kehidupan
INDIKATOR
•Menjelaskan pengertian prokariotik
•Menggambarkan berbagai bentuk sel dan koloni Eubaeteria
•Memberi keterangan struktur dan fungsi sel bakteri
•Membedakan struktur Eubakteria dan Archeobacteria
•Mendeskripsikan peran bakteri bagi manusia
ALOKASI WAKTU
4 jam pelajaran
I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu memahami prokariot yang meliputi struktur, fungsi tubuh, klasifikasi, dan peranan Eubacteria dan Archaeobacteria
II. MATERI PEMBELAJARAN
•Pengertian prokariot
•Ciri-ciri Eubacteria
1.Bentuk sel dan kloloni Eubacteria
2.Sturktur sel Eubacteria
3.Cara hidup Eubacteria
4.reproduksi bakteri
•Klasifikasi Eubacteria
•Perbedaan Archaeobacteria dan Eubacteria
•Contoh-contoh Archaeobacteria
•Peranan bakteri bagi manusia
III.Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Ceramah,Diskusi ,Tanya Jawab dan Model information
search , Demontrasi dan Praktikum.
IV.LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1 (2 jam pelajaran)
A.Kegiatan awal (15 menit)
•Mengkondisikan lingkungan
•Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do'a, lalu mengabsen siswa
•Guru memberikan materi tentang bakteri dengan memberikan apresiasi "apa yang anda ketahui tentang bakteri ?"
•Guru bersama siswa menyimpulkan arti penting bakteri bagi manusia.
B.Kegiatan inti ( 60 menit )
•Sepintas mengulas materi sebelumnya , yaitu mengenai virus
•Siswa membaca sumber bacaan berkenaan dengan materi yang akan di bahas selama 10 menit.
•Menuliskan judul/pokok bahasan yang akan di sampaikan (Sistem gerak )
•Mencari keyword pada sumber bacaan yang di baca oleh siswa.
•Mendiskusikan keyword tersebut bersama siswa.
•Menuangkan dalam peta konsep.
•Menjelaskannya dengan menampilkan gambar dan jenis – jenis bakteri.
•Menyimpulkan hasil dari peta konsep tersebut .
C.Kegiatan akhir ( 15 menit )
•Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa bisa di lakukan pos tets, baik secara lisan maupun tulisan.
•Memberi tugas kelompok berupa artikel- artikel tentang system gerak manusia untuk di buat menjadi kliping.
•Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Do’a.
PERTEMUAN II
A.Kegiatan awal ( 15 menit )
•Menciptakan lingkungan :
_Mengucapkan salam dan berdo’a
•Pretest: mengulang materi kembali yang telah di pelajari dengan memberi pertanyaan tentang Bakteri kepada siswa.
•Mengumpulkan jawaban untuk di nilai.
B.Kegiatan inti ( 65 menit )
•Sepintas mengulas materi sebelumnya , yaitu mengenai bakteri
•Guru meminta siswa membentuk kelompok menjadi 7-9 kelompok.
•Menjelaskan tujuan dari praktikum ( kegiatan LKS Kretaif hal.28 )
•Menerangkan alat dan bahan dalam praktikum
•Menerangkan langkah kerja
•Mencatat dan menjawab pertanyaan untuk dikusi.
C.Kegiatan akhir (10 menit )
•Memberi tugas kelompok berupa laporan hasil dari praktikum.
•Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Do’a.
V. ALAT/BAHAN/ SUMBER BELAJAR
ALAT : Spidol , OHP, panci brukuran sdang, kaca pembesar /lup ,
pisau, kompor
BAHAN : Plastik transparan , kentang
SUMBER BELAJAR : Buku biologi X, D.A. Pratiwi, Sri Maryati, Srikini,
Suharno, Bambang S, Erlangga , BAB III , LKS Kreatif
dan buku buku yang relevan
VI. PENILAIAN
• Penilaian mencakup 3 aspek meliputi apektif, kognitif dan psikomotor (instrumen penilaian terlampir)
Cirebon, 7 November 2008
Guru Pamong Pratikan
WILDAN ADANG WAHIDIN
NIP. 131559986 NIM. 50540723
Mengetahui ,
Kepala SMA 3 Cirebon
SUROSO , S.Pd M.Pd
NIP. 131916033
Lampiran penilaian
PENILAIAN SISWA
KELAS : X
HARI / TANGGAL :
PENILAIAN
NO NAMA AFEKTIF NILAI AKHIR KETERANGAN
A B C
1 A : KEHADIRAN
2 B : SIKAP
3 C : KERAPIAN
4
PENILAIAN
NO NAMA KOGNITIF NILAI AKHIR KETERANGAN
A B C
1 A : NILAI HASIL ULANGAN
2 Sa.Uh + Us / 2 = A
3 Sa.Uh =skor akhir ulangan
4 harian
5 Us = Ulangan semester
6 A = Skor akhir Nilai ulangan
7
8 B : Tugas - Tugas
9
10 C : Keaktifan di kelas
PENILAIAN
NO NAMA PSIKOMOTORIK NILAI AKHIR KETERANGAN
A B C
1 A : Nilai akhir Praktikum
2 B : Keterampilan Praktik
3 di laboratorium
4 C : Ktrampilan di kelas
5
PENILAIAN
NO NAMA afektif kognitif psikomtor KETERANGAN
1
2
3
4
5
PENILAIAN PRAKTIKUM
KELAS :X
PRAKTIKUM :
HARI / TANGGAL:
PENILAIAN
NO NAMA INTI AKHIR SCORE AKHIR KETERANGAN
A B C D
1 A : Menggambar
2 B : Mengidentifikasi
3 C : Sistematis laporan
4 D : Skor akhir menjawab Pertanyaan
5
6 E : Kesesuaian tujuan dan kesimpulan
7
8 Skor tiap poin 100
9 Jumlah skor maks. 500
10 skor akhir = skor maks./5
(RPP)
Nama Skolah : SMAN 3 Kota Cirebon
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/ 1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup
KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya bagi kehidupan
INDIKATOR
•Menjelaskan pengertian prokariotik
•Menggambarkan berbagai bentuk sel dan koloni Eubaeteria
•Memberi keterangan struktur dan fungsi sel bakteri
•Membedakan struktur Eubakteria dan Archeobacteria
•Mendeskripsikan peran bakteri bagi manusia
ALOKASI WAKTU
4 jam pelajaran
I.TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu memahami prokariot yang meliputi struktur, fungsi tubuh, klasifikasi, dan peranan Eubacteria dan Archaeobacteria
II. MATERI PEMBELAJARAN
•Pengertian prokariot
•Ciri-ciri Eubacteria
1.Bentuk sel dan kloloni Eubacteria
2.Sturktur sel Eubacteria
3.Cara hidup Eubacteria
4.reproduksi bakteri
•Klasifikasi Eubacteria
•Perbedaan Archaeobacteria dan Eubacteria
•Contoh-contoh Archaeobacteria
•Peranan bakteri bagi manusia
III.Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Ceramah,Diskusi ,Tanya Jawab dan Model information
search , Demontrasi dan Praktikum.
IV.LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1 (2 jam pelajaran)
A.Kegiatan awal (15 menit)
•Mengkondisikan lingkungan
•Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan membaca do'a, lalu mengabsen siswa
•Guru memberikan materi tentang bakteri dengan memberikan apresiasi "apa yang anda ketahui tentang bakteri ?"
•Guru bersama siswa menyimpulkan arti penting bakteri bagi manusia.
B.Kegiatan inti ( 60 menit )
•Sepintas mengulas materi sebelumnya , yaitu mengenai virus
•Siswa membaca sumber bacaan berkenaan dengan materi yang akan di bahas selama 10 menit.
•Menuliskan judul/pokok bahasan yang akan di sampaikan (Sistem gerak )
•Mencari keyword pada sumber bacaan yang di baca oleh siswa.
•Mendiskusikan keyword tersebut bersama siswa.
•Menuangkan dalam peta konsep.
•Menjelaskannya dengan menampilkan gambar dan jenis – jenis bakteri.
•Menyimpulkan hasil dari peta konsep tersebut .
C.Kegiatan akhir ( 15 menit )
•Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa bisa di lakukan pos tets, baik secara lisan maupun tulisan.
•Memberi tugas kelompok berupa artikel- artikel tentang system gerak manusia untuk di buat menjadi kliping.
•Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Do’a.
PERTEMUAN II
A.Kegiatan awal ( 15 menit )
•Menciptakan lingkungan :
_Mengucapkan salam dan berdo’a
•Pretest: mengulang materi kembali yang telah di pelajari dengan memberi pertanyaan tentang Bakteri kepada siswa.
•Mengumpulkan jawaban untuk di nilai.
B.Kegiatan inti ( 65 menit )
•Sepintas mengulas materi sebelumnya , yaitu mengenai bakteri
•Guru meminta siswa membentuk kelompok menjadi 7-9 kelompok.
•Menjelaskan tujuan dari praktikum ( kegiatan LKS Kretaif hal.28 )
•Menerangkan alat dan bahan dalam praktikum
•Menerangkan langkah kerja
•Mencatat dan menjawab pertanyaan untuk dikusi.
C.Kegiatan akhir (10 menit )
•Memberi tugas kelompok berupa laporan hasil dari praktikum.
•Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Do’a.
V. ALAT/BAHAN/ SUMBER BELAJAR
ALAT : Spidol , OHP, panci brukuran sdang, kaca pembesar /lup ,
pisau, kompor
BAHAN : Plastik transparan , kentang
SUMBER BELAJAR : Buku biologi X, D.A. Pratiwi, Sri Maryati, Srikini,
Suharno, Bambang S, Erlangga , BAB III , LKS Kreatif
dan buku buku yang relevan
VI. PENILAIAN
• Penilaian mencakup 3 aspek meliputi apektif, kognitif dan psikomotor (instrumen penilaian terlampir)
Cirebon, 7 November 2008
Guru Pamong Pratikan
WILDAN ADANG WAHIDIN
NIP. 131559986 NIM. 50540723
Mengetahui ,
Kepala SMA 3 Cirebon
SUROSO , S.Pd M.Pd
NIP. 131916033
Lampiran penilaian
PENILAIAN SISWA
KELAS : X
HARI / TANGGAL :
PENILAIAN
NO NAMA AFEKTIF NILAI AKHIR KETERANGAN
A B C
1 A : KEHADIRAN
2 B : SIKAP
3 C : KERAPIAN
4
PENILAIAN
NO NAMA KOGNITIF NILAI AKHIR KETERANGAN
A B C
1 A : NILAI HASIL ULANGAN
2 Sa.Uh + Us / 2 = A
3 Sa.Uh =skor akhir ulangan
4 harian
5 Us = Ulangan semester
6 A = Skor akhir Nilai ulangan
7
8 B : Tugas - Tugas
9
10 C : Keaktifan di kelas
PENILAIAN
NO NAMA PSIKOMOTORIK NILAI AKHIR KETERANGAN
A B C
1 A : Nilai akhir Praktikum
2 B : Keterampilan Praktik
3 di laboratorium
4 C : Ktrampilan di kelas
5
PENILAIAN
NO NAMA afektif kognitif psikomtor KETERANGAN
1
2
3
4
5
PENILAIAN PRAKTIKUM
KELAS :X
PRAKTIKUM :
HARI / TANGGAL:
PENILAIAN
NO NAMA INTI AKHIR SCORE AKHIR KETERANGAN
A B C D
1 A : Menggambar
2 B : Mengidentifikasi
3 C : Sistematis laporan
4 D : Skor akhir menjawab Pertanyaan
5
6 E : Kesesuaian tujuan dan kesimpulan
7
8 Skor tiap poin 100
9 Jumlah skor maks. 500
10 skor akhir = skor maks./5
Senin, 19 Januari 2009
Contoh Laporan Praktikum Biokimia
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
( Uji Karbohidrat )
I. Topik : Percobaan Karbohidrat
II. Tujuan : - Dapat memahami sifat-sifat kimia karbohidrat
- Dapat menentukan macam karbohidrat dalam sampel bahan alam.
III. Alat dan Bahan
-Kompor spritus -Penjepit
-Tabung reaksi -Gelas erlemeyer
-Pipet tetes -Benedict
-Gelas ukur -Larutan Glukosa
-Labu ukur -Larutan Laktosa
-Larutan Sukrosa
IV. Langkah Kerja
Test Genedict
1. Memasukkan 8 tetes larutan karbohidrat kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan 5 ml geneditc
3. Memasukkan tabung kedalam air 3 menit (dipanaskan)
4. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
Test Seliwan off Resonsinol
1. Memasukkan 3 tetes larutan karbohidrat kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan 3 ml SR
3. Memasukkan tabung kedalam air 3 menit dan dipanaskan
4. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
Test Inversi Sukrosa
1. Memasukkan 10 mc karbohidrat kedalam larutan sukrosa saja
2. Menambahkan 2 tetes H2SO4
3. Memanaskannya 3 menit
4. Mendinginkan
- Menambahkan NaOh2m (3-5 tetes)
V. Hasil Pengamatan
Bahan
a.Glukosa
b.Sukrosa
c.laktosa
Warna
a.Merah Bata
b.Biru(tetap)
c.Merah Bata
karbohidrat
a. ada
b. tidak ada
c. ada
................................................
VI. Pembahasan
Dalam persobaan karbohidrat bahan yang digunakan adalah glukosa, laktosa, sukrosa, benedict, SR, H2SO4 dan Na Oh dalam percobaan ini kita melakukan tiga percobaan yaitu percobaan benedict dengan hasil percobaan glukosa dan laktosa berwarna merah bata artinya mengandung karbohidrat. Sedangkan sukrosanya tidak mengandung karbohidrat atau tidak berubah warna.
Dalam percobaan SR tidak dapat karbohidrat karena semua warnanya tidak berubah tetap kuning meskipun setelah dipanaskan dan dalam percobaan yang ketiga yaitu inversi sukrosa yang dihasilkan adalah sukrosa 10 ml. warna awal bening kemudian dipanaskan warnanya tetap tidak ada perubahan, kemudian didinginkan tetapi warnanya masih tetap tidak ada perubahan, kemudian NaOH 3 tetes warna yang dihasilkan tetap bening. Maka mencoba memasukkan lakmus yang berwarna berubah menjadi orange, berarti larutan tersebut asam. Sedangkan benedict bersifat basa lemah adanya natrium karbohidrat dan natrium sitrat.
Benedidict ini banyak digunakan dalam pemeriksaan glukosa dalam urine.
VII. Kesimpulan
Hasil dari pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa larutan glukosa dan laktosa mengandung karbohidrat dengan konsentrasi tinggi dan berwarna merah bata. Sehingga membentuk endapan, sedangkan pada larutan sukrosa tidak terdapat karbohidrat dan warnanyapun tidak berubah.
VIII. Referensi
1. Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
2. Ralph J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Bina Rupa Akasara.
3. Michael Purba. 1998. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga.
( Uji Karbohidrat )
I. Topik : Percobaan Karbohidrat
II. Tujuan : - Dapat memahami sifat-sifat kimia karbohidrat
- Dapat menentukan macam karbohidrat dalam sampel bahan alam.
III. Alat dan Bahan
-Kompor spritus -Penjepit
-Tabung reaksi -Gelas erlemeyer
-Pipet tetes -Benedict
-Gelas ukur -Larutan Glukosa
-Labu ukur -Larutan Laktosa
-Larutan Sukrosa
IV. Langkah Kerja
Test Genedict
1. Memasukkan 8 tetes larutan karbohidrat kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan 5 ml geneditc
3. Memasukkan tabung kedalam air 3 menit (dipanaskan)
4. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
Test Seliwan off Resonsinol
1. Memasukkan 3 tetes larutan karbohidrat kedalam tabung reaksi
2. Menambahkan 3 ml SR
3. Memasukkan tabung kedalam air 3 menit dan dipanaskan
4. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
Test Inversi Sukrosa
1. Memasukkan 10 mc karbohidrat kedalam larutan sukrosa saja
2. Menambahkan 2 tetes H2SO4
3. Memanaskannya 3 menit
4. Mendinginkan
- Menambahkan NaOh2m (3-5 tetes)
V. Hasil Pengamatan
Bahan
a.Glukosa
b.Sukrosa
c.laktosa
Warna
a.Merah Bata
b.Biru(tetap)
c.Merah Bata
karbohidrat
a. ada
b. tidak ada
c. ada
................................................
VI. Pembahasan
Dalam persobaan karbohidrat bahan yang digunakan adalah glukosa, laktosa, sukrosa, benedict, SR, H2SO4 dan Na Oh dalam percobaan ini kita melakukan tiga percobaan yaitu percobaan benedict dengan hasil percobaan glukosa dan laktosa berwarna merah bata artinya mengandung karbohidrat. Sedangkan sukrosanya tidak mengandung karbohidrat atau tidak berubah warna.
Dalam percobaan SR tidak dapat karbohidrat karena semua warnanya tidak berubah tetap kuning meskipun setelah dipanaskan dan dalam percobaan yang ketiga yaitu inversi sukrosa yang dihasilkan adalah sukrosa 10 ml. warna awal bening kemudian dipanaskan warnanya tetap tidak ada perubahan, kemudian didinginkan tetapi warnanya masih tetap tidak ada perubahan, kemudian NaOH 3 tetes warna yang dihasilkan tetap bening. Maka mencoba memasukkan lakmus yang berwarna berubah menjadi orange, berarti larutan tersebut asam. Sedangkan benedict bersifat basa lemah adanya natrium karbohidrat dan natrium sitrat.
Benedidict ini banyak digunakan dalam pemeriksaan glukosa dalam urine.
VII. Kesimpulan
Hasil dari pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa larutan glukosa dan laktosa mengandung karbohidrat dengan konsentrasi tinggi dan berwarna merah bata. Sehingga membentuk endapan, sedangkan pada larutan sukrosa tidak terdapat karbohidrat dan warnanyapun tidak berubah.
VIII. Referensi
1. Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
2. Ralph J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Bina Rupa Akasara.
3. Michael Purba. 1998. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga.
Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan
Sel tumbuhan dan sel hewan mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:
A. Sel tumbuhan
- Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan.
- Mempunyai bentuk yang tetap.
- Mempunyai dinding sel.
- Mempunyai klorofil.
- Mempunyai vakuola atau rongga sel yang besar.
- Menyimpan tenaga dalam bentuk biji (granul) kanji.
B. Sel hewan
- Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan.
- Tidak mempunyai bentuk yang tetap.
- Tidak mempunyai dinding sel.
- Tidak mempunyai klorofil.
- Tidak mempunyai vakuola,(ada beberapa hewan uniseluler tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan).
- Menyimpan makanan dalam bentuk biji (granul) glikogen.
Sel tumbuhan dan sel hewan mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:
A. Sel tumbuhan
- Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan.
- Mempunyai bentuk yang tetap.
- Mempunyai dinding sel.
- Mempunyai klorofil.
- Mempunyai vakuola atau rongga sel yang besar.
- Menyimpan tenaga dalam bentuk biji (granul) kanji.
B. Sel hewan
- Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan.
- Tidak mempunyai bentuk yang tetap.
- Tidak mempunyai dinding sel.
- Tidak mempunyai klorofil.
- Tidak mempunyai vakuola,(ada beberapa hewan uniseluler tapi tidak sebesar yang dimiliki tumbuhan).
- Menyimpan makanan dalam bentuk biji (granul) glikogen.
Langganan:
Postingan (Atom)